Aneh ya, orang zaman sekarang kalau mau ngeblog, pertama kali yang ditanya bukan “mau nulis apa?” tapi “mau pakai platform apa?” Kayak milih motor, harus tau dulu speknya sebelum beli. Padahal yang penting kan isinya, bukan wadahnya.
Tapi ya namanya juga era digital, platform matters. Especially kalau kamu berencana serius jadi blogger atau content creator. Pilihan platform bisa jadi game changer antara blog yang sukses atau blog yang cuma jadi pajangan di internet.
Aku mikir-mikir, dari sekian banyak platform blogging yang ada, dua yang paling sering jadi bahan debate adalah Blogspot dan WordPress. Kayak debat iPhone vs Android, tapi versi blogger. Masing-masing punya fanatik sendiri, masing-masing ngaku paling bagus.
Yang lucu, seringkali orang milih platform bukan karena butuh fiturnya, tapi karena ikut-ikutan temen atau baca artikel “10 Alasan Kenapa Platform X Lebih Baik.” Padahal kebutuhan setiap blogger itu beda-beda.
Blogspot: Si Anak Emas Google yang Underestimate
Jujur aja nih, aku dulu mikir Blogspot itu platform jadul yang cuma cocok buat blogger amatiran. Tampilannya plain, fiturnya terbatas, dan kesan pertamanya kayak website tahun 2010. But guess what? Ternyata aku salah besar.
Blogspot tuh kayak mobil Avanza-nya dunia blogging. Nggak fancy, tapi reliable banget. Kamu bisa pake bertahun-tahun tanpa masalah, maintenance-nya murah, dan surprisingly tahan banting.
Yang bikin aku kagum, Blogspot itu gratis selamanya. Bukan gratis trial, bukan freemium dengan iklan annoying, tapi bener-bener gratis total. Hosting unlimited, bandwidth unlimited, storage juga praktis unlimited. Coba bandingkan sama hosting berbayar yang minimal 400k per tahun.
Yang lebih gila lagi, karena ini produk Google, integrasi sama ecosystem Google itu seamless banget. Google Analytics, Google AdSense, Google Search Console—semua nyambung otomatis. Nggak perlu setup ribet atau install plugin macem-macem.
Ada satu hal yang bikin Blogspot istimewa: SEO-nya natural bagus. Mungkin karena Google favoritism, tapi blog Blogspot seringkali lebih gampang naik ranking di pencarian. Aku pernah ngecek, beberapa keyword competitive malah didominasi sama blog Blogspot yang udah bertahun-tahun.
Tunggu dulu, belum selesai. Yang bikin situation ini makin menarik adalah kekurangan Blogspot yang ternyata bisa jadi kelebihan juga, tergantung perspektif.
Misalnya, template Blogspot yang terbatas. Buat yang suka oprek-oprek design, ini frustrating banget. Tapi buat yang cuma pengen fokus nulis tanpa ribet mikirin tampilan, ini justru blessing. Nggak ada decision paralysis gara-gara kebanyakan pilihan.
Terus, Blogspot nggak bisa install plugin atau extension kayak WordPress. Sounds limiting? Actually, ini bikin blog jadi lebih ringan dan loading-nya lebih cepat. Nggak ada plugin conflict, nggak ada security issue dari third-party addon.
Yang paling kontroversial: URL structure Blogspot yang nggak bisa diubah total. Permalink-nya selalu include bulan dan tahun posting. SEO expert bilang ini buruk, tapi real-world evidence nunjukin sebaliknya. Banyak blog Blogspot yang SEO-nya bagus meskipun struktur URL-nya “nggak optimal.”
Ironis kan? Hal-hal yang secara teori “salah” malah praktiknya berhasil.
WordPress: Raja Platform yang Complicated
Nah, sekarang bayangin WordPress kayak mobil BMW. Powerful, feature-rich, prestigious, tapi maintenance-nya ribet dan mahal. Kalau kamu ngerti cara makenya, hasilnya bisa spectacular. Tapi kalau nggak, bisa jadi nightmare.
WordPress self-hosted itu basically ngasih kamu full control atas blog. Mau install plugin apa aja? Boleh. Mau custom theme seextreme apa pun? Silakan. Mau bikin online store, membership site, atau forum? Easy peasy.
Flexibility-nya WordPress itu unmatched. Kamu bisa transform blog jadi almost anything: company website, portfolio, e-commerce, learning management system, bahkan social network. It’s like LEGO untuk website—unlimited possibilities.
Yang bikin WordPress jadi favorit developer dan agency, ecosystem-nya crazy rich. Ada ribuan theme dan plugin, community support yang massive, dan dokumentasi yang comprehensive. Stuck sama problem? Googling aja, pasti ada solusinya.
Tapi hold on, semua kemewahan ini comes with a price. Hosting, domain, premium theme, essential plugins—semuanya add up. Budget minimal 400k per tahun itu conservative estimate. Kalau mau yang proper dengan good hosting dan premium tools, bisa 1-2 juta per tahun.
Budget vs Reality Check
Di sinilah letak keunikannya situasi blogger Indonesia. Sebagian besar kita kan masih mindset “gratisan dulu, nanti kalau udah rame baru upgrade.” WordPress model-nya kebalikan: invest dulu, profit belakangan.
Yang sering kejadian, blogger pemula excited banget beli hosting WordPress, install theme keren, purchase plugin premium. Setelah 6 bulan ngeblog, visitor masih sepi, income belum ada, tapi tagihan hosting terus jalan. Akhirnya abandoned atau balik ke platform gratis.
Sebaliknya, blogger yang mulai dari Blogspot, karena free, mereka bisa fokus develop skill writing dan audience building tanpa pressure finansial. Kalau udah establish, baru consider migration atau upgrade.
Yang lebih realistis, buat 90% blogger Indonesia, Blogspot actually cukup. Kecuali kamu emang berencana jadi full-time blogger dengan multiple revenue stream, basic blogging features di Blogspot udah memadai.
Curhat Soal Teknis yang Bikin Pusing
Yang bikin aku kepikiran, kenapa sih kita suka overcomplicating things? WordPress itu powerful, tapi sebagian besar fiturnya nggak kepake sama blogger biasa. Kayak beli mobil sport buat macet-macetan di Jakarta.
Aku pernah survey temen-temen blogger, 80% mereka cuma pake WordPress buat publish artikel, upload gambar, dan basic SEO. Features advanced kayak custom post types, advanced custom fields, atau complex widget areas? Barely touched.
Serius deh, ini kayak beli software editing video professional cuma buat crop foto Instagram. Overkill banget.
Yang lebih frustrating, maintenance WordPress itu never-ending story. Update core, update theme, update plugin, backup database, monitor security—it’s like being part-time system administrator. Buat yang cuma pengen nulis, ini distraction yang unnecessary.
Makanya aku bilang, sebelum milih platform, honest evaluation dulu: “What do I actually need?” bukan “What features look cool?”
Wisdom Bomb untuk Calon Blogger
Ternyata best platform itu bukan yang paling feature-rich atau paling populer, tapi yang paling align sama goals dan resources kamu.
Kalau kamu:
- Blogger pemula yang masih eksplor
- Budget terbatas atau nggak mau ribet billing
- Fokus utama adalah writing, bukan technical stuff
- Nggak butuh customization extreme
Blogspot is perfectly fine. Bahkan recommended.
Kalau kamu:
- Udah punya audience atau business yang established
- Budget adequate untuk investment jangka panjang
- Butuh flexibility untuk monetization atau custom features
- Nggak masalah dengan technical maintenance
WordPress might be worth it.
Yang paling penting, platform itu cuma tools. Content is king, consistency is queen. Blogger yang rajin posting di Blogspot bakal lebih sukses daripada blogger yang punya WordPress keren tapi jarang update.
Mark my words, 5 tahun lagi yang bakal matter bukan platform apa yang kamu pake, tapi quality content yang udah kamu produce. Platform bisa ganti, audience dan reputation susah dibangun ulang.
Pertanyaannya sekarang, kamu mau spend energy buat oprek-oprek platform atau buat create content yang meaningful? Choice is yours, tapi remember: readers come for content, not for how sophisticated your backend system is.
Next time ada yang nanya “platform mana yang paling bagus,” jawab aja: “Yang paling bagus adalah yang bikin kamu rajin nulis dan consistent publish content.” Simple as that.
Pada akhirnya, kita semua cuma butuh satu hal: platform yang nggak menghalangi kita untuk berbagi cerita dan knowledge. Whether it’s Blogspot, WordPress, atau platform lain, yang penting adalah message kita sampe ke audience yang tepat.