Umum 24 July 2025

Didik Anak dengan Cinta dan Iman

Didik Anak dengan Cinta dan Iman
Bagikan:

Aneh ya, di zaman yang katanya serba canggih ini, urusan mendidik anak malah makin ribet. Dulu, orang tua cuma perlu bilang, “Nak, jangan main di sawah, nanti kotor!” Sekarang? “Nak, jangan main TikTok, nanti viral!”. Ironisnya, makin banyak teknologi, makin banyak juga tantangan buat jadi orang tua yang waras.

Tau nggak sih, feeling waktu anak tiba-tiba nanya, “Ayah, kenapa kita harus shalat?” Padahal baru aja ayahnya selesai nonton video lucu kucing di YouTube. Rasanya kayak dilempar ke dunia lain. Tapi, di situlah seni mendidik anak dimulai—bukan sekadar transfer ilmu, tapi transfer cinta dan iman.

Nah, ini dia yang menarik. Dalam Islam, anak itu bukan cuma bonus lucu-lucuan di rumah. Mereka itu titipan suci, amanah yang bakal ditagih di akhirat. Jadi, kalau selama ini mikir punya anak itu kayak punya mainan baru, siap-siap aja plot twist-nya: mainan ini bisa jadi tiket ke surga, atau… ya, you know lah.

Oke, sekarang bayangin suasana rumah di pagi hari. Ada ibu yang sibuk nyiapin sarapan, ayah yang masih ngantuk tapi berusaha ngajarin anak baca doa, dan anak-anak yang ribut rebutan remote TV. Di tengah chaos itu, ada satu momen sakral: pelukan hangat, doa yang lirih, dan harapan yang diam-diam diselipkan di hati orang tua. Sensasi kayak gini, nggak bakal ditemuin di tutorial parenting manapun.

Tunggu dulu, belum selesai. Setiap tanggal 23 Juli, Indonesia rame-rame ngerayain Hari Anak Nasional. Tapi, pertanyaannya: udah bener belum cara kita “ngerayain” anak? Jangan-jangan, selama ini kita cuma sibuk upload foto anak di Instagram, tapi lupa upload nilai-nilai iman ke hati mereka.

Plot twist-nya di sini. Allah udah wanti-wanti di Qur’an:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. (QS. At-Tahrim: 6)
.

Serius deh, ini crazy. Tanggung jawab orang tua itu bukan cuma ngasih makan dan sekolahin anak, tapi juga “ngasih password” ke hati mereka supaya nggak gampang kebobolan sama godaan dunia. Imam al-Qurthubi bilang, mendidik anak itu kayak install antivirus di komputer—harus update terus, jangan sampai ketinggalan zaman.

Yang bikin gue kepikiran, Rasulullah SAW itu role model parenting paling ultimate. Beliau nggak cuma jago ceramah, tapi juga jago peluk, cium, dan doain anak-anak. Ada satu hadis yang nyentil banget:

إِنَّ اللهَ سَائِلٌ كُلَّ رَاعٍ عَمَّا ٱسْتَرْعَاهُ، أَحَفِظَ ذَلِكَ أَمْ ضَيَّعَ؟
Sesungguhnya Allah akan meminta pertanggungjawaban dari setiap pemimpin atas yang dipimpinnya. Apakah ia menjaganya atau menelantarkannya? (HR. Abu Dawud)
.

Oke, sekarang bayangin dialog batin seorang ibu:

“Ya Allah, aku cuma pengen anakku jadi anak soleh. Tapi kadang, aku juga pengen dia nggak rewel pas aku lagi capek. Gimana sih caranya?”

Jawabannya? Cinta dan iman. Bukan cuma teori, tapi praktik sehari-hari. Imam al-Ghazali bilang, hati anak itu kayak permata kosong, siap diukir apa aja. Jadi, kalau kita isi dengan cinta, iman, dan adab, insya Allah hasilnya bakal kinclong.

Nah, ini dia yang lebih gila lagi. Diceritain, Imam Syafi’i udah hafal Qur’an umur tujuh tahun. Ibunya janda, nggak punya banyak harta, tapi punya stok doa dan perhatian yang nggak ada habisnya. Dari rumah sederhana, lahir ulama besar. Jadi, jangan remehkan kekuatan pelukan dan doa ibu di tengah malam.

Makanya gue bilang, di era digital kayak sekarang, tantangan mendidik anak itu kayak main game level hard. Ada media sosial, tontonan aneh, pergaulan bebas, dan krisis adab. Orang tua, guru, masyarakat, bahkan negara harus kolaborasi kayak tim e-sport biar anak-anak nggak jadi korban zaman.

Hadratusy Syaikh KH Hasyim Asy’ari pernah dawuh, pendidikan itu bukan cuma transfer ilmu, tapi juga transfer adab dan ruhani. Orang tua dan guru wajib jagain anak dari hal-hal yang bisa merusak agama dan akhlaknya, kayak jagain tubuh dari bahaya. Jadi, jangan cuma kasih gawai, kasih juga waktu, pelukan, dan keteladanan.

Oke, sekarang bayangin, anak-anak kita tumbuh jadi generasi Qur’ani, penyejuk hati, dan penerus perjuangan umat. Bukan cuma harapan masa depan, tapi juga ladang pahala yang terus ngalir. Kalau mereka dididik dengan iman dan akhlak, insya Allah mereka bakal jadi penyejuk mata dan pelanjut amal kebaikan kita.

Tunggu dulu, punchline-nya di sini. Di khutbah kedua, ada doa yang bikin merinding:

اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَارْزُقْنَا ذُرِّيَّةً صَالِحَةً، وَاجْعَلْ أَوْلَادَنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ لَنَا فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ .اللّٰهُمَّ أَصْلِحْ أَبْنَاءَنَا، وَبَنَاتِنَا، وَأَجْيَالَنَا، وَاجْعَلْهُمْ مِنْ أَهْلِ الْقُرْآنِ وَالْعِلْمِ وَالصَّلَاحِ .رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ، وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Ya Allah, berikan kami keturunan yang saleh, jadikan anak-anak kami penyejuk mata di dunia dan akhirat, perbaiki anak-anak, generasi, dan jadikan mereka ahli Qur’an, ilmu, dan kebaikan. (Doa khutbah kedua)

Next time kalau lagi capek ngadepin anak, inget-inget deh, mereka itu bukan cuma PR dunia, tapi juga investasi akhirat. Cobain deh peluk anakmu lebih lama, doain diam-diam, dan ajak mereka ngobrol soal iman dengan gaya santai. Siapa tahu, dari obrolan receh itu, lahir generasi yang bikin dunia lebih adem.

Yang paling ironis, semakin kita sibuk cari cara mendidik anak yang “benar”, kadang kita lupa cara jadi orang tua yang bahagia. Jadi, yuk, didik anak dengan cinta dan iman, biar hidup nggak cuma viral di medsos, tapi juga viral di langit.

Share dong kalau kamu setuju bahwa mendidik anak itu seni, bukan sekadar rutinitas. Siapa tahu, tulisan ini jadi viral, dan pahala kita ikut viral juga!