Keluarga Kesehatan Edukasi 23 July 2025

Jihad Sunyi di Dapur: Menyelamatkan Anak dari Stunting

Jihad Sunyi di Dapur: Menyelamatkan Anak dari Stunting
Bagikan:

Kamu pernah mendengar istilah “jihad sunyi”? Bukan tentang perang, bukan pula tentang sorak-sorai kemenangan. Jihad sunyi adalah perjuangan yang berlangsung di balik pintu rumah, di sudut dapur, di antara aroma masakan dan suara tawa anak. Hari ini, di Hari Anak Nasional, kita diajak merenung: seberapa besar peran dapur dalam membentuk masa depan bangsa?

Dapur, Piring, dan Harapan yang Tumbuh

Di sebuah rumah sederhana, seorang ibu bernama Anty menyiapkan sarapan untuk putrinya, Siera. Usianya baru dua tahun tiga bulan, tapi setiap sendok yang masuk ke mulutnya adalah investasi masa depan. Bukan sekadar mengenyangkan, tapi memastikan tumbuh kembangnya optimal. Di sinilah jihad sunyi dimulai—tanpa tepuk tangan, tanpa panggung, hanya komitmen dan cinta yang tak pernah selesai.

Anty dan suaminya sepakat berbagi peran. Meski keduanya bekerja, mereka tidak sekadar “membantu” satu sama lain, tapi benar-benar membersamai proses tumbuh kembang Siera. ASI eksklusif enam bulan, konsultasi laktasi, hingga pemantauan berat badan—semua dijalani dengan telaten. Ketika grafik pertumbuhan Siera sempat melambat, mereka tak panik, tapi mencari solusi. Konsultasi ke dokter anak, memperbaiki pola makan, dan terus belajar tentang gizi seimbang.

Setiap hari, dapur Anty menjadi medan jihad. Telur omega, ayam kampung, hati ayam, ikan kembung—bukan sekadar menu, tapi strategi melawan stunting. Mereka mengurangi makanan instan, mengatur jadwal makan, dan rela mengorbankan waktu demi memastikan Siera mendapat nutrisi terbaik. Ada biaya, ada tenaga, tapi semua itu bukan pengorbanan, melainkan investasi.

Di balik piring Siera, tersimpan harapan besar. Anak yang cukup gizi akan tumbuh dengan potensi optimal, baik fisik, mental, maupun akhlaknya. Islam mengajarkan bahwa anak adalah amanah. Rasulullah saw bersabda:

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
"Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya."
Stunting: Lebih dari Sekadar Statistik

Stunting bukan hanya soal kemiskinan, tapi juga soal kesadaran dan komitmen orang tua. Banyak yang mengira memberi makan anak cukup dengan mengenyangkan. Padahal, kualitas gizi jauh lebih penting daripada kuantitas. Setiap piring yang disajikan adalah penentu masa depan.

Menurut Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024, prevalensi stunting di Indonesia masih 21,5 persen. Artinya, satu dari lima anak mengalami gangguan pertumbuhan. Pemerintah menargetkan penurunan hingga 14 persen, tapi program di atas kertas tak akan berarti tanpa implementasi nyata di akar rumput.

Jihad Kecil di Rumah Kita

Melawan stunting adalah jihad kecil yang bermakna. Negara wajib hadir dengan kebijakan, layanan kesehatan, dan edukasi. Namun, orang tua tetap garda terdepan. Dari dapur sederhana, dari waktu yang disisihkan untuk memahami kebutuhan anak, jihad ini dimulai. Generasi emas tidak lahir begitu saja—ia harus diciptakan bersama.

Faktanya, masih banyak keluarga yang belum terjangkau edukasi gizi, kesulitan mengakses layanan kesehatan, bahkan tak mampu membeli makanan bergizi. Selama kemiskinan dan minimnya literasi gizi belum teratasi, penurunan angka stunting akan berjalan lambat.

Investasi Masa Depan di Piring Anak

Setiap kali Anty menyiapkan makanan untuk Siera, ia sadar: apa yang ada di piring anak-anak hari ini menentukan masa depan Indonesia esok. Anak yang diasuh dengan perhatian, nutrisi baik, dan kasih sayang cukup akan tumbuh menjadi generasi kuat.

Hari Anak Nasional seharusnya menjadi momentum refleksi nasional. Sudahkah kita benar-benar menjaga hak anak untuk tumbuh sehat dan bahagia? Jihad sunyi di dapur adalah panggilan untuk belajar, berkomitmen, dan tidak menyerah.

Jihad yang Tak Pernah Usai

Jihad melawan stunting tidak bisa berdiri sendiri tanpa sokongan kebijakan dan aksi nyata pemerintah. Namun, peran keluarga tetap utama. Anak-anak kita bukan hanya milik kita, mereka adalah masa depan bangsa. Jihad itu, ternyata, bisa dimulai dari piring seorang anak bernama Siera.

Mari kita rawat harapan di dapur kita, satu piring, satu anak, satu keluarga pada satu waktu. Karena jihad sunyi di dapur adalah jihad yang menentukan arah bangsa, meski tanpa sorak-sorai kemenangan.