Inspirasi Islami 11 July 2025

Menjadi Manusia Paling Bermanfaat

Menjadi Manusia Paling Bermanfaat
Bagikan:

Kita hidup di dunia yang penuh dinamika, di mana setiap individu membawa cerita, harapan, dan tantangan masing-masing. Namun, di antara keragaman itu, ada satu benang merah yang menyatukan kita: keinginan untuk menjadi manusia yang berarti, bukan hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi sesama. Menjadi manusia yang bermanfaat, itulah cita-cita yang tak lekang oleh waktu.

Bayangkan sejenak, bagaimana rasanya jika kehadiranmu di tengah masyarakat benar-benar dirasakan? Bukan sekadar nama yang tercatat di kartu keluarga, melainkan sosok yang kehadirannya membawa ketenangan, solusi, dan inspirasi. Tentu, menjadi manusia seperti ini bukan perkara mudah. Dibutuhkan niat yang tulus, usaha yang konsisten, dan hati yang lapang untuk terus belajar dan berbagi.

Dalam tradisi Islam, kemuliaan seseorang tidak hanya diukur dari seberapa rajin ia beribadah secara pribadi, tetapi juga dari sejauh mana ia mampu menebar manfaat bagi orang lain. Rasulullah SAW pernah bersabda:

خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
"Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya." (HR Al-Baihaqi)
Menjadi Sumber Kebaikan di Tengah Masyarakat

Menjadi manusia yang bermanfaat bukan berarti harus selalu melakukan hal besar. Kadang, kebaikan kecil yang dilakukan dengan tulus justru meninggalkan jejak yang mendalam. Misalnya, membantu tetangga yang kesulitan, menyapa dengan senyum, atau sekadar mendengarkan curahan hati teman. Setiap tindakan, sekecil apa pun, jika diniatkan karena Allah, akan menjadi amal yang bernilai.

Kamu mungkin pernah merasakan, ada hari-hari di mana dunia terasa berat. Namun, ketika kamu memilih untuk membantu orang lain, beban itu seolah berkurang. Ada kepuasan batin yang sulit dijelaskan, seolah Allah membalas kebaikanmu dengan ketenangan hati. Inilah rahasia spiritual yang sering kali luput dari perhatian: menolong sesama adalah cara Allah menolong kita.

وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ
"Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya, selama hamba itu menolong saudaranya." (HR at-Tirmidzi)
Kebaikan yang Menular dan Berlipat Ganda

Salah satu keindahan dari menebar manfaat adalah efek domino yang ditimbulkannya. Satu kebaikan kecil bisa menginspirasi orang lain untuk melakukan hal serupa. Bayangkan, jika setiap orang di lingkunganmu tergerak untuk saling membantu, betapa harmonisnya kehidupan yang tercipta. Ini bukan sekadar utopia, melainkan visi yang bisa diwujudkan jika kita mau memulainya dari diri sendiri.

Imam Abdurrauf al-Munawi dalam kitab at-Taisir bi Syarhil Jami’is Shagir menjelaskan:

خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ. أي بِالْاِحْسَانِ إِلَيْهِمْ بِمَالِهِ وَجَاهِهِ وَعِلْمِهِ، لِأَنَّ الْخَلْقَ كُلَّهُمْ عِيَالُ اللهِ، وَأَحَبُّهُمْ إِلَيْهِ أَنْفَعُهُمْ لِعِيَالِهِ
"Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya, yaitu dengan berbuat baik kepada mereka melalui hartanya, jabatannya, dan ilmunya. Karena seluruh makhluk adalah tanggungan Allah, dan yang paling dicintai oleh-Nya adalah yang paling banyak memberi manfaat bagi tanggungan-Nya."
Menjadi Pribadi yang Tangguh dan Peduli

Tentu, perjalanan menjadi manusia yang bermanfaat tidak selalu mulus. Ada kalanya niat baikmu disalahpahami, atau kebaikanmu tidak dihargai. Namun, di sinilah letak ujian keikhlasan. Apakah kamu tetap konsisten menebar manfaat, meski tanpa tepuk tangan dan pujian? Atau justru mundur ketika tidak ada yang memperhatikan?

Kita bisa belajar dari para tokoh besar dalam sejarah Islam, yang tetap berbuat baik meski menghadapi tantangan berat. Mereka tidak menunggu situasi ideal untuk berkontribusi, melainkan memanfaatkan setiap peluang yang ada. Sikap ini patut kita teladani, karena sejatinya, kebaikan yang dilakukan dengan ikhlas akan kembali kepada pelakunya, bahkan dalam bentuk yang tak terduga.

Refleksi: Untuk Apa Kita Hidup?

Pada akhirnya, setiap dari kita akan sampai pada satu pertanyaan mendasar: untuk apa kita hidup? Apakah hanya untuk diri sendiri, atau ada misi yang lebih besar? Islam mengajarkan bahwa hidup adalah tentang memberi, bukan sekadar menerima. Ketika kita menanam kebaikan, kita sedang menyiapkan masa depan yang penuh berkah, baik di dunia maupun di akhirat.

KH. Hasyim Muzadi pernah berkata, “Orang yang memperjuangkan umat tidak akan kekurangan, dan orang yang memperjuangkan diri sendiri belum tentu berkelebihan.” Kalimat ini mengandung makna mendalam, bahwa keberkahan hidup sering kali datang dari keikhlasan berbagi, bukan dari menumpuk untuk diri sendiri.

Setiap malam, sebelum tidur, cobalah merenung: sudahkah hari ini kita menjadi manusia yang bermanfaat? Jika belum, jangan berkecil hati. Setiap hari adalah kesempatan baru untuk memperbaiki diri dan menebar kebaikan. Tidak perlu menunggu momen besar, cukup mulai dari hal kecil yang bisa kamu lakukan sekarang juga.

Mari kita jadikan hidup ini lebih bermakna dengan terus berusaha menjadi pribadi yang bermanfaat. Sebab, pada akhirnya, sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya bagi manusia yang lain. Semoga Allah memudahkan langkah kita, melapangkan hati kita, dan menjadikan kita bagian dari hamba-hamba-Nya yang dicintai karena kebaikan yang kita tebarkan.

Doa dan Harapan
اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ
"Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti yang terbaik darinya."

Semoga tulisan ini menjadi pengingat dan penyemangat bagi kita semua untuk terus menebar manfaat, di mana pun dan kapan pun. Karena hidup yang bermakna adalah hidup yang memberi arti bagi sesama.