Umum 24 July 2025

Zhihar vs Talak: Drama Pisah Ranjang ala Syariah

Zhihar vs Talak: Drama Pisah Ranjang ala Syariah
Bagikan:

Jujur aja, kalau ngomongin drama rumah tangga, kadang rasanya kayak nonton sinetron jam prime time. Ada episode marahan, ada episode baikan, dan… kadang ada episode “pisah ranjang” yang bikin semua orang di rumah mendadak jadi komentator. Tapi, tau nggak sih, di Islam ada istilah yang lebih “nyeleneh” dari sekadar marahan: namanya zhihar. Bukan talak, bukan cerai, tapi… ya, semacam drama pisah ranjang versi syariah.

Nah, ini dia yang menarik. Zhihar itu kayak analogi: “Kamu bagiku seperti punggung ibuku.” Waduh, gimana rasanya kalau tiba-tiba suami ngomong gitu ke istri? Bukan cuma bikin baper, tapi juga bikin suasana rumah auto awkward. Tapi hold on, Islam nggak membiarkan ucapan kayak gitu lewat begitu aja. Ada sanksi, ada kafarat, dan ada pelajaran penting di balik drama ini.

Oke, sekarang bayangin suasana rumah pas lagi ribut. Suami ngambek, istri ngambek, tiba-tiba keluar kalimat sakti: “Mulai hari ini, kamu kayak punggung ibuku!”. Plot twist-nya, ucapan itu nggak langsung bikin cerai, tapi bikin suami harus bayar “denda” alias kafarat. Bisa jadi harus merdeka-in budak (kalau ada), puasa dua bulan berturut-turut, atau kasih makan 60 orang miskin. Serius deh, ini bukan drama receh.

Tunggu dulu, belum selesai. Talak itu beda lagi. Kalau zhihar cuma “pisah ranjang” sementara, talak itu udah kayak episode final: ikatan pernikahan dilepas, status berubah, dan masing-masing harus move on. Talak itu kayak tombol reset di hubungan suami-istri. Tapi, Islam tetap kasih ruang buat mikir ulang, jangan asal pencet tombol.

Yang bikin gue kepikiran, kenapa sih ada dua istilah ini? Zhihar itu kayak warning sebelum talak. Islam nggak mau urusan rumah tangga selesai cuma gara-gara emosi sesaat. Makanya, ada proses, ada sanksi, dan ada kesempatan buat introspeksi. Suami yang ngomong zhihar harus tanggung jawab, nggak bisa asal ngelantur.

Oke, sekarang bayangin dialog batin seorang istri:

“Ya Allah, suamiku ngomong kayak gitu, aku harus gimana? Marah? Nangis? Atau… minta dia puasa dua bulan?”

Jawabannya? Sabar, komunikasi, dan… jangan lupa, ada syariat yang ngatur semuanya. Islam itu detail banget, bahkan urusan drama rumah tangga pun diatur biar nggak ada yang dirugikan.

Nah, ini dia yang lebih gila lagi. Di zaman Jahiliyah, zhihar itu bisa bikin istri langsung haram selamanya. Tapi Islam datang, kasih solusi: kafarat. Jadi, suami nggak bisa seenaknya “mengharamkan” istri. Ada proses, ada tebusan, dan ada pelajaran moral di baliknya.

Plot twist-nya di sini. Talak itu bukan sekadar ucapan, tapi ada rukun dan syarat. Suami harus sadar, nggak boleh asal ngomong. Ada sighat, ada otoritas, dan harus sengaja. Kalau dipaksa, talaknya nggak sah. Islam itu adil, nggak mau ada yang terzalimi.

Oke, sekarang bayangin, suami-istri lagi ribut, tiba-tiba suami ngomong zhihar, terus inget harus bayar kafarat. Langsung deh, suasana rumah berubah: dari tegang jadi mikir, dari marah jadi introspeksi. Kadang, drama kayak gini justru bikin hubungan makin kuat. Siapa tau, dari kafarat itu, suami jadi lebih bijak, istri jadi lebih sabar.

Tunggu dulu, punchline-nya di sini. Konsekuensi hukum zhihar itu nggak main-main. Suami haram menggauli istri sebelum bayar kafarat. Bahkan, nggak boleh sentuh, cium, atau manja-manjaan dulu. Sementara talak, kalau udah jatuh, ya udah: masing-masing punya hak dan kewajiban baru. Islam detail banget urusan ini.

Yang bikin gue salut, syariat Islam itu fleksibel. Ada ruang buat introspeksi, ada ruang buat tebusan, dan ada ruang buat move on. Zhihar dan talak itu bukan sekadar istilah hukum, tapi juga pelajaran hidup: jangan asal ngomong, jangan asal emosi, dan jangan lupa, setiap ucapan ada konsekuensinya.

Next time kalau lagi ribut sama pasangan, inget-inget deh, Islam itu nggak cuma ngatur ibadah, tapi juga ngatur drama rumah tangga. Cobain deh komunikasi, introspeksi, dan… jangan asal ngomong zhihar atau talak. Siapa tau, dari obrolan receh itu, lahir keluarga yang lebih kuat dan lebih bahagia.

Yang paling ironis, semakin kita paham syariat, kadang kita jadi lebih hati-hati dalam berucap. Jadi, yuk, belajar dari drama zhihar dan talak, biar rumah tangga nggak cuma viral di medsos, tapi juga viral di langit.

Share dong kalau kamu setuju bahwa drama rumah tangga itu seni, bukan sekadar rutinitas. Siapa tau, tulisan ini jadi viral, dan pahala kita ikut viral juga!